Makin Kritis, Ini Lima Solusi Unik untuk Bantu Kurangi Sampah Plastik di Laut

Lingkungan  

JAKARTA --Krisis plastik merupakan tantangan terbesar yang dihadapi bumi saat ini. Setiap tahun, paling tidak 14 juta ton plastik berakhir di lautan. Kondisi itu berdampak pada kehidupan laut yang tragis, mulai dari dimakan penyu hingga meracuni paus. Jelas, solusinya adalah mengurangi penggunaan plastik di sumbernya.

Tapi manusia mulai beralih teknologi, mencari jawaban untuk mengatasi sampah plastik raksasa di planet bumi, mulai dari cara konvensional sampai yang unik.

Berikut lima solusi aneh untuk mengatasi sampah plastik :

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Jamur

Aspergillus Tubingensis adalah spesies jamur berpigmen gelap yang tumbuh subuh di habitat hangat. Dari bentuknya, tidak ada yang menarik. Tapi ia memiliki satu properti yang membuatnya menarik bagi ilmuwan. Masalah besar dengan plastik adalah ia tidak rusak atau terdegradasi. Menemukan agen yang dapat memecah polimer akan sangat membantu.

Sekelompok ahli mikrobiologi di Universitas Quaid-i-Azam di Pakistan, menemukan bahwa Aspergillus tubingensis dapat mendegradasi poliuretan (PU). Sehingga Jamur dapat digunakan untuk memecah plastik di pembuangan sampah. ''Jamur mengeluarkan enzim yang mendegradasi plastik, dan sebagai imbalannya, jamur mendapatkan makanan darinya dengan melarutkan plastik,'' kata penulis utama Sehroon Khan, dikutip BBC, Rabu (16/2).

Pembersihan Laut

The Great Pacific Garbage Patch adalah akumulasi plastik terbesar di lautan. Terletak di antara California dan Hawaii. Pada 2018, ukurannya tiga kali ukuran Prancis dan jumlah totalnya 80 ribu ton. Dua insinyur dari Belanda, yang dipimpin oleh seorang penemu berusia 24 tahun bernama Boyan Slat, meluncurkan sistem pembersihan laut yang disebut 'System 001'.

Ini adalah pengumpul sampah yang sangat besar, panjangnya 600 meter, bisa mengambang dan mampu mengumpulkan plastik sedalam 3 meter. Sebuah kapal truk sampah akan mengumpulkan plastik setiap beberapa bulan. Dengan menggunakan simulasi komputer dan model skala, kelompok tersebut mengujicoba sistem dengan harapan dapat digunakan di Great Pacific Garbage Patch.

Slat mendapatkan pujian dan kritik dari penemuannya itu. Tapi tidak ada yang benar-benar tahu apa yang akan terjadi ke depannya. ''Momen yang paling saya nantikan adalah saat kita mengambil kembali plastik pertama dan teknologinya sudah terbukti,'' kata Slat.

Plastik untuk bikin jalan

Ide lain yang datang dari Belanda adalah proyek bernama PlasticRoad. Ini adalah jalur sepeda di kota Zwolle Belanda yang terbuat dari plastik daur ulang, dan ini merupakan yang pertama kalinya. Plastiknya dihasilkan dari sampah botol, gelas dan kemasan plastik. Jalan tersebut menggunakan 70 persen plastik daur ulang. Ke depan penggunaan plastik akan ditingkatkan menjadi 100 persen. Perusahaan yang membuat jalan tersebut mengatakan plastik lebih tahan lama dari aspal, meskipun implementasinya lebih lama. Penggunaan alat berat juga lebih sedikit, sehingga mengurangi jejak karbon.

Jalan pertama di Zwolle panjangnya 30 meter dan berisi plastik daur ulang setara dengan lebih dari 218 ribu gelar plastik atau 500 ribu tutup botol plastik. Pada November 2018, jalan plastik kedua dibangun di Overijssel.

Rumput laut sebagai pengganti plastik

Pertarungan melawan plastik telah mendorong para insinyur dan desainer untuk mencari bahan lain yang dapat digunakan untuk mengemas bahan makanan. Bioplastik terbuat dari biomassa terbarukan, biasanya lemak dan minyak nabati, pati singkong, serpihan kayu atau sisa makanan.

Bagaimana pun juga, Rumput laut adalah solusi yang digunakan oleh start-up Indonesia bernama Evoware. Perusahaan itu bekerja sama dengan petani rumput laut lokal untuk membuat sanwich dan bungkus burger, sachet untuk penyedap dan kopi dan kemasan sabun. Semuanya terbuat dari rumput laut. Kemasan itu bisa dilarutkan dalam air panas atau untuk mengurangi limbah jadi nol. Kemasannya juga bisa dimakan, bisa didaur ulang dan bergizi.

Plastik Sosial

Masalah terbesar yang disebabkan plastik adalah pengaruhnya terhadap kehidupan laut. Pada tahun 2050, diperkirakan ada lebih banyak potongan plastik daripada ikan di laut. Karena itu, satu ide untuk menghentikan plastik masuk ke laut membentuk Bank Plastik, yang berbentuk perusahaan sosial. Orang yang mengumpulkan plastik dapat menukarnya dengan uang, barang (bahan bakar, kompor masak) atau jasa seperti biaya sekolah.

Proyek ini memberi insentif kepada orang-orang untuk mengumpulkan plastik sebelum memasuki saluran air, sambil memerangi kemiskinan, memberi penghasilan tambahan dan membersihkan jalan. Hingga ujungnya mengurangi jumlah sampah yang masuk ke laut. Tujuan Bank Plastik adalah membuat plastik terlalu berharga untuk dibuang karena bisa menjadi uang.

SUMBER : BBC

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Pendaki dan jurnalis

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image