Indonesia akan Bawa Isu Rehabilitasi Mangrove dalam Forum G20
JAKARTA --Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, salah satu upaya pengendalian perubahan iklim di Indonesia yaitu dengan pengurangan emisi karbon dari ekosistem mangrove atau blue carbon. Pemerintah Indonesia, kata dia, telah menyiapkan skenario paling ambisius yaitu LCCP (Low Carbon Compatible with Paris Agreement), dimana secara nasional Indonesia akan mencapai peaking pada tahun 2030 dengan sektor Kehutanan dan penggunaan lahan lain (FOLU) sudah mulai net sink.
Upaya pengendalian perubahan iklim melalui rehabilitasi mangrove juga akan menjadi isu utama pada gelaran Presidensi G20 Indonesia. Pemerintah Indonesia akan menjadikan mangrove sebagai show case kepada para pemimpin negara yang tergabung di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada tahun ini di Indonesia.
''Bapak Presiden menginstruksikan kami untuk melakukan rehabilitasi mangrove. Pada tahun 2020 kami memulainya dengan menanam mangrove seluas 63 ribu hektar,'' ucap Siti Nurbaya.
Salah satu upaya memperbaiki mangrove adalah dengan kerjasama dengan Bank Dunia (World Bank), melalui Proyek Mangrove untuk Ketahanan Masyarakat di Kawasan Pesisir (Mangrove for Coastal Resilience Program, M4CR). World Bank Managing Director for Operations, Axel van Trotsenburg, sepakat bahwa ekosistem mangrove memberikan kontribusi signifikan terhadap pengendalian perubahan iklim.
Dia juga mengapresiasi inisiatif Indonesia menjadikan mangrove sebagai salah satu isu utama pada Presidensi G20 Indonesia. Menurutnya, berbicara upaya pengendalian perubahan iklim, sudah banyak orang mengangkat topik tentang polusi, energi dan sebagainya, tetapi hanya sedikit yang membicarakan mangrove. ''Kita harus melihatnya secara holistik, dan menjadikan mangrove bagian dari upaya tersebut. Sehingga, kerjasama kita melalui proyek ini juga dapat menjadi sebuah solusi,'' ujar Axel.
SUMBER : KLHK