Utopia di Balik Rencana Ibu Kota Baru yang Ramah Lingkungan

Lingkungan  

JAKARTA --Indonesia belum memulai pembangunan ibu kota baru, Nusantara. Tapi situs website yang dikemas apik menunjukan apa yang akan dibangun dalam proyek IKN tersebut. Sebuah video menunjukan orang-orang berjalan di trotoar dengan tanaman hijau yang subur, perumahan di tepi danau yang indah, bangunan modern memukau. Tidak lupa angkutan massal di atas bangunan itu, serta bisa bersepeda dengan jalur yang dipenuhi pepohonan.

Salah satu bangunan yang paling menonjol adalah istrana kepresidenan yang berbentuk burung Garuda. Ibu kota baru, yang akan dibangun di Kalimantan Timur, telah disetujui DPR pada 18 Januari lalu. Alasan utama pemindahan ibu kota negara ini karena Jakarta dianggap telah sangat padat dan rawan banjir.

Namun, para penggagas ibu kota baru seolah sedang membayangkan sebuah utopia lingkungan untuk Nusantara. Dimana masyarakat hanya butuh jalan kaki 10 menit dari ruang rekreasi yang hijau. Setiap gedung bertingkat akan menggunakan bahan konstruksi yang 100 persen ramah lingkungan dan hemat energi. Sementara untuk mobilitas, 80 persen akan menggunakan transportasi umum atau berjalan kaki atau bersepeda.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

''Nusantara memberikan kesempatan untuk membangun kota percontohan yang peduli lingkungan,'' kata Sirabani Sofian, perancang perkotaan Urban+, dikutip dari Science.org.

Urban+ merupakan perubahan yang memenangkan kompetisi desain dasar untuk proyek IKN ini. Tapi desain ini dianggap sebagai Utopia. Kian Goh, yang mempelajari perencanaan kota di University of California, Los Angeles, mempertanyakan bagaimana mereka akan mewujudkan proyek 'utopia' tersebut. Apalagi, lanjut dia, para ahli perencanaan pada umumnya skeptis terhadap rencana kota cerdas atau berkelanjutan. Apalagi, proyek ini sudah pasti akan menyebabkan deforestasi besar-besaran di Kalimantan.

''Efek limpahan di seluruh Kalimantan, termasuk deforestasi, kemungkinan jauh lebih besar daripada dampak langsung di dalam batas kota, kecuali jika dikelola dengan hati-hati,'' kata ahli ekologi, Alex Lechner dari Monash University.

Presiden Joko Widodo memilih Kalimantan Timur, karena ingin ibu kota lebih dekat dengan pusat geografis negara. Selain itu, IKN diharapkan memacu pertumbuhan ekonomi di timur Nusantara, sambil meringankan bebas Jakarta. Terbentang hampir 6300 kilometer persegi, Jakarta merupakan konurbasi terpadat di Asia Tenggara, rumah bagi lebih dari 31 juta orang. Pertumbuhan yang tidak terkendali itu menyebabkan kemacetan lalu lintas dan polusi.

Jakarta juga dinilai rawan tenggelam. Karena banyak penduduk yang bergantung pada air tanah, sehingga terjadi penurunan tanah lebih dari 10 cm setiap tahun, khususnya di bagian utara, pesisir Teluk Jakarta. Jakarta juga mengalami bencana banjir setiap tahun. Pada 2020, banjir menewaskan lebih dari 60 orang dan membuat 60 ribu orang mengungsi. Ahli iklim di Badan Riset dan Inovasi Nasional Indonesia, Edvin Aldrian mengatakan, tanpa upaya yang serius, 25 persen wilayah Jakarta diprediksi tenggelam pada 2050.

Meski demikian, memindahkan pusat pemerintahan atau 4,8 pekerja tidak akan banyak meringankan beban Jakarta. ''Jakarta akan tetap menjadi pusat ekonomi Indonesia dan masih harus menangani masalah sosial dan lingkungan,'' kata Goh.

Proyek bernilai Rp 500 triliun itu akan dibangun secara bertahan hingga tahun 2045, akan mencakup 2.560 kilometer persegi, sekitar dua kali luas kota New York. Meskipun pusat pemerintahan inti hanya mencakup 66 km persegi. Seperti Amerika Serikat, Brasil dan negara-negara lain yang membangun ibu kota baru dari nol, Indonesia berharap dapat menciptakan kota modern, terencana secara rasional dan dalam kasus Indonesia, hijau dengan nol emisi.

Namun kritikus skeptis. Karena sektor energi terbarukan Indonesia saat ini hanya menyediakan 11,5 persen dari energi nasional. Kelompok-kelompo pegiat lingkungan khawatir bahwa pada akhirnya kota Nusantara bakal mengandalkan listrik dari pembangkit listrik tenaga batu bara Kalimantan. Walaupun transportasi umum dirancang dengan baik, kemungkinan perjalanan udara akan masif antara ibu kota dan Jakarta yang berjarak 1300 kilometer.

Sumber : Science.org

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Pendaki dan jurnalis

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image